Perkembangan Seni Kuda Renggong

Perkembangan Seni Kuda Renggong

Mulai era 1990-an seni Kuda Renggong telah berkembangan menjadi semakin menarik dimana telah terjadi peningkatan kreasi tarian kuda, perubahan jenis musik yang digunakan bahkan perubahan pola manajamen dalam mengelola seni pertunjukkan Kuda Renggong. Beberapa Tokoh Kuda Renggong Di Kabupaten Sumedang seperti Bp. H. Ade Legok dan Bp.Kuwu Pasireungit di Kecamatan Paseh serta Bp. Aca Cidempet di Kecamatan Conggeang mengatakan bahwa selama dua puluh tahun terakhir seni tradisional Kuda Renggong mengalami perubahan dalam hal; kreasi kuda menari, kreasi musik dan penari pengiring, dan sistem pengelolaan pertunjukkan Kuda Renggong.
 
1.  Perkembangan kreasi tarian Kuda Renggong

Pada awalnya para pemilik dan pelaku Seni Kuda Renggong melatih kudanya sebagai kuda penari yang bisa berjingkrak-jingkrak sambil berjalan diiringi hingar bingar musik pengiring dan gerombolan orang yang menari dan berjoged. Kreasi ini cukup menarik karena menyuguhkan lagu-lagu daerah yang sangat lekat ditelinga masyarakat dan gegap gempita sorak sorai orang-orang yang berjoged bersama kuda.
Dalam perkembangannya kemampuan kuda menari semakin meningkat, dari hanya sekedar berjingkrak-jingkrak sambil berjalan menjadi kuda penari serba bisa. Tarian kuda bisa bervariasi mulai dari tari maju lurus, tari menyamping sampai dengan tari mundur. Tentunya sebuah atraksi seni pentas yang luar biasa karena kuda bisa memahami instruksi sang penuntun untuk maju, menyamping dan mundur, sambil tetap berjingkrak mengikuti alunan musik.
Sepuluh tahun terakhir kreasi tarian kuda renggong lebih semarak lagi dengan atraksi yang disebut “Kuda Silat”. Atraksi ini mempertontonkan kemampuan dan keterampilan kuda dengan atraksi silatnya yang meliputi;


A) Penghormatan (sungkem); posisi kuda merunduk dengan kedua kaki depan ditekuk dan menyentuh tanah.

B) Silat (Padungdung); posisi kuda berdiri tegak dengan kaki depan menjulang ke atas sambil dikepakkan kearah
lawan (pelatihnya) seolah sedang bertarung antara kuda lawan manusia. Dalam adegan ini kadang-kadang posisi pelatih terlentang ditanak dan diinjak oleh kuda. Seringkali kuda berdiri dan duduk sambil ditunggangi atau orang berdiri di punggung kuda.

C) Pingsan (kapaehan); kuda seolah bisa dibuat tidak sadar dan tidur di tanah posisi menyamping. Dalam keadaan begitu sang palatih kuda menginjak-injak kuda dan melakukan tarian pencak silat di atas badan kuda yang terbaring dengan iringan musik Kendang Pencak.

2. Perkembangan jenis musik dan penari


Jenis musik yang digunakan sebagai musik pengiring Kuda Renggong mengalami perubahan seiring dengan perkembangan seni tradisional di tatar sunda dan Jawa Barat. Awal mula musik pengiring Kuda Renggong adalah alat musik Kendang Pencak yang merupakan “musik buhun” tradisi masyarakat sunda secara turun temurun, karena musik tersebut sudah ada sebelumnya untuk mengiringi tarian Pencak Silat, yaitu seni beladiri yang cukup terkenal di wilayah Jawa Barat. Selanjutnya pada periode kedua; musik pengiring Kuda Renggong berkembang dengan adanya musik Tanjidor yang biasanya digunakan oleh masyarakat Betawi. Alat musik ini cukup diminati karena terkesan lebih dinamis dan hingar bingar untuk mengiring sebuah pertunjukkan arak-arakan.Dan periode ketiga; perkembangan musik Kuda renggong lebih variatif lagi dengan masuknya pengaruh musik pesisir pantura seperti Tarling dan Bedug (Tardug). Selain itu juga belakangan muncul “Sinden” (penyanyi) yang melengkapi iringan musik Tanjidor ataupun Tardug. Begitu juga dengan grup penari yang juga tumbuh semakin semarak meramaikan pentas kuda renggong terutama pada acara kontes atau festival.

3.Perubahan Manajemen

Pengelolaan seni pentas Kuda Renggong pada awalnya bersifat individual dimana setiap pemilik dan pelaku seni Kuda Renggong menjual jasa dan memberikan layanan pentas Kuda Rengong Secara sendiri-sendiri. Perubahan pola manajemen terjadi setelah bermunculan pemilik kuda renggong yang semakin hari semakin menjaur di setiap Kecamatan bahkan untuk Kecamatan Conggeang dan Buahdua, hampir di setiap desa ada pemilik grup Kuda Renggong. Perubahan pola manajemen tersebut terjadi pada cara penyewaan. Seringkali Pemilik Kuda satu menyewa kuda milik orang lain untuk melayani panggilan pentas atas nama groupnya. Sehingga ada proses pinjam kuda antar pemilik.
Perubahan sangat signifikan terjadi setelah tahun 2000-an dimana pentas seni kuda renggong semakin diminati. Karena banyaknya permintaan jumlah kuda dalam satu pesta, sehingga yang terjadi bukan lagi pinjam meminjam kuda, melainkan pentas bersama beberapa grup Kuda Renggong untuk melayani satu kegiatan pesta pada hari dan tempat yang sama.
Perubahan pola manajemen ini cukup efektif mendongkrtak pasar pentas seni Kuda Renggong karena setiap satu kegiatan pesta bisa mengikutsertakan sekitar 10 s.d 20 Kuda Renggong.